Langsung ke konten utama

Pedagang Sambut Gembira Komunitas Dinding



Yestin Rasyid, ibunda Andi dan Nabil. 


MANADO - Kehadiran komunitas dinding yang mengajarkan anak-anak di kawasan pasar bersehati, disambut gembira para pedagang di tempat itu, karena tidak hanya diajarkan membaca menulis tetapi juga akhlaknya diperbaiki.

Salah seorang pedagang perempuan, Yestin Rasyid (38), ibu dari Andi (12) dan Nabil (6), mengakui itu dan mengatakan bahwa kedua anaknya sudah berhenti sekolah namun saat ini aktif belajar di komunitas dinding.

"Anak-anak belajar setiap hari Sabtu siang, sekitar pukul 13.00 Wita, kadang kami lupa dan mencari keberadaan mereka, baru sadar sedang bersama para pengajarnya," kata Yestin.


Perempuan bertubuh gemuk itu, mengaku agak tenang meskipun kedua anaknya berhenti sekolah, sebab bisa tetap belajar walaupun tidak secara formal. "Karena di situ mereka juga diajarkan  etika dan perilaku, sehingga sedikit banyak mengubah perilaku keduanyua," katanya.

Bahkan warga Sindulang I Lingkungan IV itu, mengatakan, kedua anaknya bersama teman-temannya juga diajak berlibur dan mengunjungi tempat-tempat yang bernilai religius seperti menginap dan belajar di asrama haji, dan wisata ke pemandian umum.
Namun Yestin mengakui kadang-kadang, Andi anaknya sudah mulai ikut berjualan, tetapi dia tak sanggup melarang, karena bukan yang berat, hanya tas krecek.
Sedangkan Nabil, kata Yestin, teratur belajar setiap hari Sabtu, selain itu menghabiskan waktu dengan bermain di lantai dua bangunan pasar bersehati.  

Mengenai kedua anaknya, Yestin mengatakan, berhenti sekolah karena sebab yang berbeda, namun dia sendiri enggan mendorong mereka kembali ke bangku pendidikan, karena lebih sibuk mencari uang dengan berdagang bersama suaminya.  
Dia mengatakan, Andi dan Andi berhenti di kelas enam dan satu, keduanya tercatat sebagai siswa SD Negeri 19 Manado.

"Mereka berhenti karena tak ada yang mengurus, Andi bahkan dicari-cari gurunya sampai ke pasar, namun tidak mau lagi ke sekolah, saya bahkan bertanya apakah dia berselisih dengan teman sekelas atau bagaimana, namun dijawab tidak," katanya.

Dia mengatakan Andi malas sekolah sampai berhenti karena lebih suka main gawai dengan teman-temannya dan begadang hingga susah bangun pagi. Sedangkan Nabil, katanya berhenti karena neneknya yang bisa mengurusnya pulang ke Gorontalo, dan belum kembali ke Manado sehingga sianak tak lagi bersekolah, sedangkan sebagai ibu Yestin mengaku malas mendorong anaknya kembali ke bangku pendidikan.

"Namun dengan adanya kakak-kakak di komunitas dinding, Andi, Nabil dan anak-anak lainnya terutama yang putus sekolah bisa belajar walau hanya satu kali seminggu," katanya.

Dia berharap komunitas itu tetap ada sehingga anak-anak tetap bisa belajar dan menikmati masa kecilnya dengan normal.***

Nama: Joice Hestyswatie Bukarakombang
Jenjang:  Madya


Postingan populer dari blog ini

Komunitas Dinding Manado Memanusiakan Anak Putus Sekolah

Anak-anak putus sekolah yang belajar bersama Komunitas Dinding Manado. (IG: Dinding_Mdo) Manado – Setiap akhir pekan atau setiap hari Sabtu, sekelompok anak muda yang mengatas namakan komunitas Dinding Manado, merelakan waktu mereka untuk mengajar anak-anak yang sebagian besar putus sekolah di kompleks Pasar Bersehati, Kota Manado, Sulawesi Utara. Para relawan tersebut rata-rata masih mahasiswa dan karyawan swasta di Kota Mando. Mereka rela tidak dibayar untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak putus sekolah di kompleks pasar bersehati itu. Memang berdirinya komunitas ini sejak Bulan Februari 2010 tahun lalu, yang pertamanya bermula dari Taman Kesatuan Bangsa Manado, dimana waktu itu mereka hanya beranggotakan 5 orang dengan peserta dari anak – anak putus sekolah ada 10 orang. Komunitas Dinding Manado adalah sebuah perkumpulan relawan para anak muda yang mengajar sebagian besar anak putus sekolah serta anak yang tak pernah mengecap pendidikan formal. Dua wart

AJI Indonesia Selenggarakan UKJ di Manado

MANADO – Mengawali pelaksanaan Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia, Jumat 24 Januari 2020, menggelar Workshop Etik dan Profesionalisme Jurnalis dengan tema ‘Profesionalisme Jurnalis Menghadapi Hoax’, bertempat di Hotel Ibis, Manado. Hasudungan Sirait dari AJI Indonesia menjelaskan, media massa sesuai namanya adalah media milik masyarakat. Sehingga media massa harus benar-benar mengikuti kemauan atau mandat dari masyarakat bukan dari para pemodal. Tak heran saat ini, menurut Hasudungan yang juga Kepala Sekolah Jurnalis AJI, banyak media yang kemudian tak bisa bertahan karena kehilangan mandat dari masyarakat, seiring dengan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada media massa yang terlalu tunduk pada kepentingan pemodal. “Jika ada media yang tutup kemudian menyalahkan kondisi pembaca yang kurang, itu sebenarnya harus introspeksi, karena mereka telah kehilangan mandat dari masyarakat da

Andi dan Nabil, 2 Bocah Putus Sekolah Mengais Pendidikan dari Komunitas Dinding

Anggota kelompok IV Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) AJI Manado, Joice Bukarakombang dan Devy Kumaat, sedang mewawancarai Yestin Rasyid, ibu dari Andi dan Nabil. MANADO - Pasar Bersehati di Kota Manado, memang merupakan pusat perekonomian dan tempat berjualan para pedagang, namun bagi puluhan anak, itu adalah tempat mereka bermain. Setiap hari mereka anak-anak ini bermain bersama, ada yang masih sekolah ada juga yang putus sekolah. Lantai II menjadi tempat favorit mereka untuk bermain. Mulai berlari-lari, bermain kartu, juga permainan lain yang membuat mereka senang dan bahagia. Ada Andi Rasid dan Nabil adiknya, sudah tidak bersekolah. Andi sudah berhenti sekolah saat baru dua minggu masuk kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Ia bungkam saat ditanya kenapa berhenti dari sekolah, namun di benaknya masih ada cita-cita yang ingin dicapai. "Ingin jadi polisi," katanya, sembari menundukkan kepala. Padahal, teman sebayanya mengatakan, Andi teman yang