Langsung ke konten utama

Komunitas Dinding Manado Memanusiakan Anak Putus Sekolah


Anak-anak putus sekolah yang belajar bersama Komunitas Dinding Manado. (IG: Dinding_Mdo)


Manado – Setiap akhir pekan atau setiap hari Sabtu, sekelompok anak muda yang mengatas namakan komunitas Dinding Manado, merelakan waktu mereka untuk mengajar anak-anak yang sebagian besar putus sekolah di kompleks Pasar Bersehati, Kota Manado, Sulawesi Utara.

Para relawan tersebut rata-rata masih mahasiswa dan karyawan swasta di Kota Mando. Mereka rela tidak dibayar untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak putus sekolah di kompleks pasar bersehati itu.

Memang berdirinya komunitas ini sejak Bulan Februari 2010 tahun lalu, yang pertamanya bermula dari Taman Kesatuan Bangsa Manado, dimana waktu itu mereka hanya beranggotakan 5 orang dengan peserta dari anak – anak putus sekolah ada 10 orang. Komunitas Dinding Manado adalah sebuah perkumpulan relawan para anak muda yang mengajar sebagian besar anak putus sekolah serta anak yang tak pernah mengecap pendidikan formal.




Dua wartawan sedang mewawancarai 2 anak di Pasar Bersehati yang menjadi siswa Komunitas Dinding Manado. (foto: acha)

Windy Fahruddin, adalah seorang anak muda yang bekerja di perusahaan swasta ini, sudah sejak 2017 lalu bergabung dengan komunitas Dinding Manado. Dia termotivasi ingi membantu mengajar para anak – anak yang putus sekolah di pasar tradisional Bersehati Manado.

“Ya saya termotivasi ingin mau berbagi untuk sesama, maka meningkatkan pengetahuan anak-anak kurang mampu dan putus sekolah menjadi dorongan kami sebagai Komunitas Dinding Manado,” ungkap wanita umur 22 tahun ini.

Menurut Windy, berkat kesabaran dan ketekunan dalam membagi pengetahuan, akhirnya Komunitas Dinding Manado berpindah lokasi ke gedung lantai tiga di Pasar Bersehati Calaca Kota Manado dan bisa bertahan sampai tahun 2020 ini.

“Kerja kemanusiaan untuk mengedukasi bocah-bocah di pasar tradisional semakin kami tingkatkan, dimana ada 4 program yang kami berikan pada mereka yaitu berbagi kasih pada akhir tahun, study tour pada awal tahun dengan mengajak mereka untuk mengenali lingkungan luar baik dunia kampus, maupun bandara dan mereka juga ada Summer Camp serta setiap Sabtu sore mereka diajarkan matapelajaran matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia, dan kewarganegaraan," ungkap wanita yang berparas cantik ini.



SERIUS. Seorang anak sedang menulis dalam bimbingan mentor dari Komunitas Dinding Manado. (IG: Dinding_Mdo)


Ditanyakan soal keanggotaan dan peserta yang ikut di Dinding Manado, dia menjelaskan,saat ini relawan yang terdata berjumlah 20 orang dan yang datang setiap akhir pekan untuk mengajar ada 10 orang dan anak – anak yang bergabung ingin belajar ada 160-an orang dengan yang aktif ada 70-an anak yang terlibat dalam program belajar.

“Memang mereka berasal dari keluarga kurang mampu, putus sekolah dan beberapa lagi tak punya orang tua,” kata Windy.

“Kami mengajar mereka tidak dibayar, ini kemamuan kami sendiri untuk membantu mereka  dan cara merekrut relawan hanya informasi dari mulut ke mulut, juga melalui media sosial khususnya Facebook dan Instagram dan ternyata cukup banyak yang berminat untuk menjadi pengajar,” ungkapnya.




Lebih jauh Windy menjelaskan, program yang dijalankan selama 10 tahun terakhir ini yaitu dengan mengajar anak-anak setiap Sabtu pukul 16.00 WITA sore dan berlangsung sekira 1 – 2 jam.

Jibril yang berumur 13 tahun angkat bicara, kata dia sudah putus sekolah kelas 3 Sekolah Dasar (SD ) sejak 4 tahun lalu dan ibunya meninggal sejak 5 tahun lalu. “Saya senang belajar di Dinding Manado karena bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dari kakak –kakak Dinding Manado,” jelas Jibril.

Menurut Jibril, banyak ilmu yang dia dapat sejak masuk Dinding Manado yaitu bisa belajar matapelajaran matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia, dan kewarganegaraan serta bisa ikut study tour dan Summer Camp.

“Selain mendapatkan banyak teman, saya senang juga bisa belajar  bersama – sama mereka,” ungkap Jibril yang sehari –hari membantu orang tuanya berjualan rempah – rempah di Pasar Bersehati ini. (tim)


Berikut aktifitas Komunitas Dinding Manado saat mengajar kepada anak-anak di Pasar Bersehati Manado, Sabtu 18 Januari 2020. (video: IG Dinding_Mdo)






Postingan populer dari blog ini

AJI Indonesia Selenggarakan UKJ di Manado

MANADO – Mengawali pelaksanaan Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia, Jumat 24 Januari 2020, menggelar Workshop Etik dan Profesionalisme Jurnalis dengan tema ‘Profesionalisme Jurnalis Menghadapi Hoax’, bertempat di Hotel Ibis, Manado. Hasudungan Sirait dari AJI Indonesia menjelaskan, media massa sesuai namanya adalah media milik masyarakat. Sehingga media massa harus benar-benar mengikuti kemauan atau mandat dari masyarakat bukan dari para pemodal. Tak heran saat ini, menurut Hasudungan yang juga Kepala Sekolah Jurnalis AJI, banyak media yang kemudian tak bisa bertahan karena kehilangan mandat dari masyarakat, seiring dengan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada media massa yang terlalu tunduk pada kepentingan pemodal. “Jika ada media yang tutup kemudian menyalahkan kondisi pembaca yang kurang, itu sebenarnya harus introspeksi, karena mereka telah kehilangan mandat dari masyarakat da

Andi dan Nabil, 2 Bocah Putus Sekolah Mengais Pendidikan dari Komunitas Dinding

Anggota kelompok IV Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) AJI Manado, Joice Bukarakombang dan Devy Kumaat, sedang mewawancarai Yestin Rasyid, ibu dari Andi dan Nabil. MANADO - Pasar Bersehati di Kota Manado, memang merupakan pusat perekonomian dan tempat berjualan para pedagang, namun bagi puluhan anak, itu adalah tempat mereka bermain. Setiap hari mereka anak-anak ini bermain bersama, ada yang masih sekolah ada juga yang putus sekolah. Lantai II menjadi tempat favorit mereka untuk bermain. Mulai berlari-lari, bermain kartu, juga permainan lain yang membuat mereka senang dan bahagia. Ada Andi Rasid dan Nabil adiknya, sudah tidak bersekolah. Andi sudah berhenti sekolah saat baru dua minggu masuk kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Ia bungkam saat ditanya kenapa berhenti dari sekolah, namun di benaknya masih ada cita-cita yang ingin dicapai. "Ingin jadi polisi," katanya, sembari menundukkan kepala. Padahal, teman sebayanya mengatakan, Andi teman yang